Model Etika dalam Bisnis, Sumber Nilai Etika dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etika Manajerial
1. Imoral
Manajemen
Immoral manajemen merupakan
tingkatan terendah dari model manajemen dalam menerapkn prinsip-prinsip etika
bisnis. Manajemen yang memiliki manajemen tipe ini pada umumnya sama sekali
tidak mengindahkan apa yang dimaksud dengan moralitas, baik dalam internal
organisasinya maupun bagaimana dia menjalamnkan aktivitas bisnisnya.
Immoral manajemen dangat banyak
kita temukan dalam komunitas kita. Para pelaku bisnis yang tergolong pada tipe
ini, biasanya memanfaatkan kelemahan-kelemahan dan kelengahan-kelengahan dalam
komunitas untuk kepentingan dan keuntungan diri mereka secara individu atau
kelompok mereka. Kelompok manajemen ini selalu menghindari diri dari yang
disebut Etika, bahkan hokum dianggap sebagai batu sandungan dalam menjalankan
bisnisnya.
Hasil penyelidikan oleh aparat
hokum dan juga oleh beberapa LSM pecinta alam. Berulang-ulangnya kebakaran
hutan belakangan ini karena beberapa palanggaran hokum oleh para perusahaan
kayu dan perkebunan kelapa sawit. Biasanay para pelaku memiliki beberapa motif
dalam menjalankan aktivitasnya.
· Motif
pertama adalah mendapatkan kayu secara illegal. Beberapa perusahaan yang
sengaja membakar hutan tersebut sebenarnya adalah Perusahaan yang telah
melakukan pencurian kayu, sehingga untuk menghilangkan jejaknya mereka
melakukan penebangan hutan secara sengaja. Hal ini dibuktikan dengan melihat
tunggal pohon bekas potongan gergaji mesin.
· Motif
kedua adlah mempecapat pembersihan lahan. Misalnya bagi perusahaan yang memiliki
perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Tengah. Hasil temuan dari LSM Save Our
Borneo (SOB) aktifitas pembakaran ini di lakukan pada malam hari pada blok yang
baru dibuka dan berdekatan dengan hutan cara itu adalah slah satu cara untuk
menghilangkan jejak yaitu bila api menyebar kehutan, maka yang disalahkan
adalah komunitas yang melakukan pembakatan.
· Motif
Ke tiga adalah Agar kenaikan PH tanah. Pada lahan Gambut biasanya PH tanah
berkisar pada 3-4. Kondisi ini Komunitas perkebunan kelapa sawit dan AKASI
tidak cocok tumbuh. Dengan melakukan pembakaran, apa yang tersisa mampu
menaikkan PH, Tanah menjadi 5-6 sehingga layak untuk di Tanami
Contoh
lain adalah munculnya teknologi Hp., dengan menggunakan Hp setiap orang bisa
berkomunikasi jarak jauh dimanapun dia berada, Apalagi sekarang berkembang
sebuah teknologi baru yang disebut dengan teknologi
3G (Thirdd-Generation), dimana komunikasi tatap muka akan bias kita
nikmati dari jarak jauh. Namun disisi lain, kemudahan yang diperoleh dengan
kemajuan teknologi informasi ini banyak juga dimanfaatkan untuk memperkaya
kepentingan pribadi sebagian orang.
2. Amoral
Manajemen
Tingkatan kedua dalam aplikasi
etika dan moral dalam manajemen adalah Amoral Manajemen. Berbeda dengan immoral
manajemen, manajer dengan tipe manajemen seperti ini sebenarnya bukan tidak
tahu sama sekali yang disebut dengan etika atau moralitas. Ada 2 jenis lain
manajemen tipe amoral ini, yaitu
a. Manajemen yang dikenal
tidak sengaja berbuat amoral (unintentional amoral manager). Tipe ini adalah
para manajer yang dianggap kurang peka, bahkan segala keputusan bisnis yang
mereka perbuat sebenarnya langsung atau tidak langsung akan memberiakan efek
pada pihak lain. Oleh karena itu meraka akan menjalankan bisnisnya tanpa
memikirkan apaka aktivitas bisnisnya sudah memiliki dimensi etika atau belum.
Atau oleh para pakar menyebutkan mereka sebagai manajer “ceroboh” atau kurang
perhatian terhadap amplikasi aktivitas mereka terhadap para stakeholdernya.
Manajer seperti ini mungkin saja punya niat baik, namun mereka tidak bias
melihat bahwa keputusan dan aktivitas bisnis mereka apakah sudah merugika pihak
lain atau tidak. Tipikal model manajer seperti ini biasanya mereka lebih
berorientasi hanya pada hokum yang berlaku, dan menjadikan hokum sebagai
pedoman dalam aktivitas mereka.
b. Tipe
Manajer yang sengaja berbuat amoral Manajemen dengan pola ini sebenarnya
memahami ada aturan dan etika yang harus jalankan, namun terkadang secara
sengaja melanggar etika tersebut, berdasarkan pertimbangan-pertimbangan bisnis
mereka misalnya ingin melakukan efisiensi dan lain-lain. Namun demikian manajer
dengan tipe ini terkadang berpandangan bahwa etika hanya berlaku bagi kehidupan
pribadi kita, tidak untuk bisnis. Mereka percaya bahwa aktivitas bisnis berada
diluar dari pertimbangan-pertimbangan etika dan moralitas.
3. Moral
Management
Tingkatan tertinggi dari
penerapan nilai-nilai etika atau moralitas dalam bisnis adalah moral manajemen.
Dalam moral manajemen, nilai-nilai etika dan moralitas diletakan pada level
standar tertinggi dari segala bentuk perilaku dan aktivitas bisnisnya. Manajer
yang termasuk dalam tipe ini tidak hanya menerima dan mematuhi aturan-aturan
yang berlaku, namaun juga telah terbiasa meletakkan prinsip-prinsip etika dalam
kepemimpinannya. Seorang manajer yang termasuk dalam tipe ini tentu saja
menginginkan keuntungan dalam bisnisnya, tapi jika hanya bisnis yang dijalankan
dapat diterima secara legal dan juga tidak melanggar etika yang ada dalam
komunitas, seperti keadilan, kejujuran, dan semangat untuk mematuhi hukum yang
berlaku. Hukum bagi mereka dilihat sebagai minimum etika yang harus mereka
patuhi, sehingga aktivitas dan tujuan bisnisnya akan diarahkan untuk melampaui
atau melebihi dari apa yang disebut sebagai tuntutan hukum. Manajeyang bermoral
selalu melihat dan menggunakan prinsip-prinsip etika seperti keadilan,
kebenaran dan aturan-aturan emas (golden rule) sebagai pedoman dalam segala
keputusan bisnis yang diambilnya. Ketika di lema etika
muncul, Manajer dengan tipe ini menanggung atau memikul posisi
kepemimpinan untuk perusahaan-perusahaan dan industrinya.
4. Agama, Filosofi, Budaya dan Hukum
a. Agama
Etika bisnis menurut ajaran islam
digali langsung dari al-quran dan hadits nabi. Dalam ajaran islam, etika bisnis
dalam islam menekankan pada empat hal, yaitu kesatuan (unity), keseimbangan
(equilibrium), kebebasan (free will), dan tanggungjawab (responsibility)
(Mubyarto:2002).
Pada dasarnya ada persamaan dalam
tiap-tiap agama menyangkut hubungannya dengan dasar dalam beretika.
Keadilan : kejujuran untuk
mempergunakan kekuatan untuk menjaga nilai-nilai kebenaran.
Saling menghormati : cinta dan
perhatian terhadap orang lain.
Pelayanan : manusia hanya
“pelayan”, “pengawas”sumber-sumber alam.
Kejujuran : kejujuran dan sikap
dapat dipercaya dalam semua hubungan manusia, dan integritas yang kuat.
Etika sebagai ajaran baik-buruk,
benar-salah, atau ajaran tentang moral khususnya dalam perilaku dan
tindakan-tindakan ekonomi terutama bersumber dan ajaran-ajaran agama. Itulah
sebabnya banyak ajaran dan paham dalam ekonomi barat menunjuk pada kitab injil
(bible), ekonomi yahudi pada kitab taurat, dan ekonomi islam termuat dalam
al-quran lebih dari seperlima ayat-ayat yang ada didalamnya.
b. Filosofi
Filosofi juga menjadi acuan-acuan
yang berkembang dalam proses pengambilan keputusan yang bersumber dari
nilai-nilai etika. Ajaran-ajaran ini berkembang dari hasil pemikiran manusia
dan terus berkembang dari tahun ke tahun.
Perkembangan ajaran filosofi
terhadap kemunculan etika bisnis yaitu :
1. Socrates
(470-399 SM)
Socrates mempercayai bahwa
manusia ada untuk satu tujuan, dan bahwa salah dan benar memainkan peranan yang
penting dalam mendefinisikan hubungan seseorang dengan lingkungan dan
sesamanya. Socrates percaya bahwa kebaikan berasal dari pengetahuan terhadap
diri dan pada dasarnya manusia itu jujur. Munculnya sikap jahat merupakan
sebuah bentuk salah pengarahan terhadap diri seseorang. Dia juga memperkenalkan
ide-ide hukum moral, bahwa hukum moral lebih tinggi kedudukannya dibanding
hukum manusia.
2. Plato
(428-348 SM)
Republik (dalam bahasa Yunani
Politeia atau “negeri”) merupakan suatu bentuk uraian pandangan Plato terhadap
keadaan “ideal” dari sebuah negara. Dalam bukunya, Plato menjelaskan bahwa
pemerintahan yang ideal mengalami pergantian dalam lima tahun sekali, dimana
sistem ini banyak diterapkan oleh kehidupan bernegara saat sekarang ini. Plato
berpendapat bahwa keadaan ideal muncul sebagai hasil nilai-nilai kebajikan dan
konsep kebenaran.
3. Aristoteles
Etika menurut Aristoteles adalah
perilaku jiwa yang baik yang menuntun kepada kebahagiaan dan kebenaran.
Keterbatasan pengetahuan tentang jiwa manusia tidak menjadi sebuah hambatan
untuk mendalami konsep etika. Filsuf Yunani kuno seperti Aristoteles
berpendapat bahwa jiwa manusia menginginkan sebuah kebahagiaan dan jiwa bahagia
lahir dari perbuatan yang bersumber dari kebajikan moral. Hal inilah yang
menjadi dasar perkembangan pola pemikiran barat dan keagamaan lain pada umumnya.
c. Budaya
Budaya merupakan sebuah warisan
dari satu generasi ke generasi yang lain. Dimana nilai-nilai atau aturan yang
telah ada sebelumnya menjadi acuan dan dilestarikan sesuai dengan ajaran-ajaran
pendahuluannya dan kemudian akan menjadi sebuah standar dalam berperilaku
sehari-hari. Sebagaimana ciri khas bangsa Asia, ciri khas yang paling menonjol
adalah budaya kekeluargaan, kejasama dan hubungan kekeluargaan yang erat. Hal
ini juga berlaku sebagai budaya di Indonesia. Semangat gotong royong diyakini
menjadi salah satu akar budaya di Indonesia. Diperkuat dengan semboyan
kenegaraan kita Bhinneka Tunggal Ika yang berarti walaupun berbeda namuntetap
satu. Seiring dengan perkembangan pembangunan dan ekonomi, nilai-nilai gotong
royong sudah banyak mengalami pergeseran. Nilai individualistis dan
mengutamakan kepentingan pribadi lebih menonjol dan menjadi mayoritas perilaku
bangsa kita saat ini.
d. Hukum
Hukum merupakan perangkat aturan
yang dibuat oleh pemerintah untuk menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan
bernegara. Hukum menentukan ekspektasi-ekspektasi etika yang diharapkan dalam
komunitas dan mencoba mengatur serta mendorong pada perbaika-perbaikan masalah
yang dipandang buruk atau tidakbaik dalam komunitas. Indonesia menganut sistem
huku campuran dengan sistem hukum utama yaitu sistem hukum eropa kontinental
yang dibawa oleh Belanda ketika menjajah di Indonesia, sedangkan dibeberapa
daerah juga ada penerapan hukum yang berdasarkan hukum adat dan hukum agama
sepesrti di daerah Aceh. Pada umumnya pebisnis lebih menerapkan hukum sebagai
cermin etika mereka, hal ini disebabkan oleh kejelasan mengenai aturan-aturan
serta hukuman yang diberikan oleh perangkat hukum memiliki kedudukan yang lebih
konkrit ketimbang hukum yang hanya bersifat moral.
5. Leadership
Leadership
dalam bisnis sangat diperlukan karena berpengaruh dalam
perkembangan bisnis yang dilakukan. Bahkan ada yang mengatakan bahwasanya
leadership atau kepemimpinan merupakan sebuah karakter utama yang diperlukan
dalam bisnis. Hal ini tidak lain karena peran kepemimpinan berpengaruh terhadap
jalannya bisnis dan juga kinerja karyawan. Tidak setiap orang memiliki
leadership yang baik. Namun ada pula orang yang sejak masih kecil sudah
terlihat jiwa kepemimpinannya. Akhirnya seiring perkembangannya ia pun terbiasa
mengatur dan membuat keputusan yang berpengaruh pada sekitarnya. Hal ini sangat
memiliki peran penting dalam dunia bisnis. Dunia bisnis tidak selamanya
berjalan mulus. Adakalanya bertemu masalah yang harus diselesaikan dengan
berbagai risiko. Nah, disinilah peran penting seorang pemimpin akan
membawa pengaruh.
Jiwa Leadership Berperan
Menyelesaikan Masalah
Tidak sedikit permasalahan yang
harus dihadapi oleh suatu organisasi atau perusahaan bisnis. Peran penting
seorang pemimpin perusahaan diperlukan untuk menyelesaikannya. Tidak sekedar
hadirnya seorang pemimpin namun yang benar-benar memahami bagaimana
menyelesaikan permasalahan tersebut. Selain itu juga tetap mampu mendorong para
bawahan atau anak buah untuk tetap bersemangat dalam menyelesaikan pekerjaan.
Jiwa kepemimpinan memang tidak selalu harus dimiliki pemimpin perusahaan
tersebut. Namun setiap orang yang memperoleh tanggung jawab membawahi orang
lain maka perlu meningkatkan kemampuan leadership-nya. Hal ini diperlukan untuk
mengelola bagaimana kerjasama antar anak buah atau rekan kerja. Selain itu juga
harus menemukan formula yang tepat untuk meningkatkan keuntungan perusahaan dan
hal tersebut bisa dipahami dan dilakukan oleh anak buah dengan baik.
Kriteria Memiliki Jiwa
Kepemimpinan
Ada beberapa kriteria orang-orang
yang memang memiliki jiwa kepemimpinan atau leadership. Mungkin anda memiliki
salah satu diantaranya atau mungkin semuanya dari tiga kriteria berikut ini
yaitu :
· Mampu
memberikan inspirasi dan memberikan motivasi kepada orang lain misalnya kepada
bawahan.
· Memiliki
kemampuan yang membuat orang lain merasa segan sehingga ketika berada dalam
sebuah organisasi maupun perusahaan ia pun disegani baik oleh rekan kerja maupun
rekan bisnis.
· Memiliki
kewibawaan dan kebijaksanaan sehingga selain mampu menyelesaikan masalah juga
tetap disegani oleh para bawahan.
Bakat Kepemimpinan Bisa
Dikembangkan
Setiap orang sebenarnya memiliki
bakat kepemimpinan. Namun kesuksesannya tentu tinggal bagaimana masing-masing
orang tersebut mengembangkan bakat yang dimilikinya. Pada dasarnya seorang
pemimpin akan memberikan pengaruh terhadap orang-orang yang dipimpinnya.
Artinya bagaimana pengaruh pemimpin perusahaan terhadap perusahaannya tersebut
bisa dilihat bagaimana perkembangan perusahaan atau organisasi yang dipimpinnya
tersebut. Apakah perusahaan mampu memiliki prestasi yang baik misalnya
memberikan banyak keuntungan atau justru mengalami kerugian. Keberhasilan atau
kegagalan bisnis perusahaan pasti akan berkaitan dengan pemimpin yang
bersangkutan. Dengan demikian leadership dalam bisnis merupakan suatu
hal yang harus diperhatikan karena perannya tidak bisa dianggap sebelah mata.
6. Strategi dan
Performasi
Pendekatan secara keseluruhan
yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan,
perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu.Fungsi
yang penting dari sebuah manajemen adalah untuk kreatif dalam menghadapi
tingginya tingkat persaingan yang membuat perusahaannya mencapai tujuan
perusahaan terutama dari sisi keuangan tanpa harus menodai aktivitas bisnisnya
berbagai kompromi etika. Sebuah perusahaan yang jelek akan memiliki kesulitan
besar untuk menyelaraskan target yang ingin dicapai perusahaannya dengan
standar-standar etika. Karena keseluruhan strategi perusahaan yang disebut
excellence harus bisa melaksanakan seluruh kebijakan-kebijakan perusahaan guna
mencapai tujuan perusahaan dengan cara yang jujur.
7. Karakteristik
individu
Merupakan suatu proses psikologi
yang mempengaruhi individu dalam memperoleh, mengkonsumsi serta menerima barang
dan jasa serta pengalaman. Karakteristik individu merupakan faktor internal
(interpersonal) yang menggerakan dan mempengaruhi perilaku individu”.
8. Budaya Perusahaan
Pengetian Budaya Perusahaan
Budaya adalah satu set nilai,
penuntun kepercayaan akan suatu hal, pengetian dan cara berpikir yang
dipertemukan oleh para anggota orgaanisasi dan diterima oleh anggota baru
seutuhnya. (W. Jack Duncan dalam “Organizational Culture: Getting a Fix on an
Elusive Concept”, Academy of Managemenr Executive 3 – 1989).
Berikut 10 karakteristik Budaya
Organisasi :
a. Inisiatif individual
Definisi inisiatif individual
adalah tingkat tanggung jawab (responsibility), kebebasan (freedom) atau
independensi (independent) yang dimiliki setiap individu dalam berpendapat.
Kelompok khususnya pimpinan sebaiknya menghargai dan memang perlu dihargai
inisiatif individu dalam suatu organisasi selama ide dan inisiatif tersebut
berguna dalam memajukan dan mengembangkan organisasi atau perusahaan.
b. Toleransi Terhadap
Tindakan Berisiko
Setiap pegawai dan anggota atau
kader perlu ditekankan tentang batas batas dalam bertindak agresif, inovatif
dan mengambil risiko. Sebuah budaya organisasi yang baik adalah sebuah budaya
yang memberikan toleransi terhadap anggota atau para pegawai dalam bertindak
inovatif dan agresif dalam mengembangkan dan memajukan organisasi atau
perusahaan serta mendorong untuk berani dalam mengambil risiko terhadap apa
yang akan dilakukannya.
c. Pengarahan
Pengarahan dimaksudkan sejauh
mana suatu organisasi/perusahaan dapat membuat dengan jelas sasaran dan harapan
yang diinginkan. Sasaran dan harapan tersebut haruslah secara jelas tercantum
visi, misi dan tujuan organisasi (pengertian visi misi). Keadaan yang seperti
ini akan memberikan pengaruh terhadap kinerja organisasi/perusahaan.
d. Integrasi
Integrasi dalam budaya organisasi
adalah kemampuan suatu organisasi atau perusahaan dalam memberikan dorongan
terhadap unit unit atau satuan dalam organisasi atau perusahaan untuk bekerja
dengan terpimpin atau terkoordinasi. Melalui kerja yang kompak dan
terkoordinasi dengan baik dapat mendorong kualitas dan kuantitas pekerjaan yang
dihasilkan oleh sebuah organisasi atau perusahaan.
e. Dukungan manajamen
Dukungan manajemen dalam budaya
organisasi adalah tentang kemampuan tingkat manajer dalam sebuah organisasi
atau perusahaan dalam berkomunikasi (baca pengertian komunikasi) kepada
karyawan. Komunikasi tersebut harusnya dalam bentuk dukungan, arahan ataupun
kritisi (membangun) kepada bawahan. Dengan adanya dukungan manajemen yang komunikatif,
sebuah perusahaan atau organisasi dapat berjalan dengan mulus.
f. Kontrol
Kontrol dalam budaya organisasi
sangat penting. Kontrol yang dimaksud adalah peraturan atau norma yang
digunakan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Oleh karena itu diperlukan
sejumlah peraturan dan tenaga pengawas (atasan langsung) yang berfungsi sebagai
pengawas dan pengendali perilaku pegawai dan karyawan dalam suatu organisasi.
Identitas dalam budaya organisasi
adalah kemampuan seluruh karyawan dalam suatu organisasi atau perusahaan dalam
mengidentifikasikan dirinya sebagai suatu kesatuan dalam perusahaan dan bukan
sebagai kelompok kerja tertentu atau keahlian profesional tertentu.
g. Sistem Imbalan
Sistem imbalan tidak kalah
pentingnya dalam budaya organisasi. Sistem imbalan seperti pemberian kenaikan
gaji, promosi (kenaikan jabatan), bonus liburan dan lainnya haruslah
berdasarkan kemampuan atau prestasi karyawan dalam bekerja dan sangat tidak
diperbolehkan atas alasan alasan perusak lainnya seperti senioritas, pilih
kasih dan hal hal lain yang berbau korupsi (baca pengertian korupsi). Sistem
imbalan dapat memberikan boost atau dorongan terhadap prestasi kerja dan
memberikan peningkatan dalam perilaku inovatif dan kerja maksimal sesuai
keahlian dan kemampuan yang dimiliki karyawan atau anggota dalam organisasi.
h. Toleransi terhadap
Publik
Dalam budaya organisasi,
perbedaan pendapat yang memunculkan konflik sering terjadi dalam sebuah
perusahaan atau organisasi. Hal inilah yang harus dilakukan sebagai upper
manajement untuk mengarahkan konflik yang terbangun untuk melakukan perbaikan
serta perubahan strategi untuk mencapai tujuan organisasi. Toleransi terhadap
konflik harus dimediasi oleh pimpinan atau karyawan superior sehingga terjadi
kritis membangun dan tidak saling menyerang.
i. Pola komunikasi
Pola komunikasi dalam perusahaan
atau organisasi sering dibatasi oleh hierarki kewenangan yang formal. Akan
tetapi, pola yang terlalu ketat akan menghambat perkembangan organisasi karena
tidakadanya hubungan emosional yang kental terhadap bawahan dan atasan dalam
organisasi. Ada lima pola kinerja komunikasi yaitu personal, passion,
sosial, organizational politics, dan enkulturasi.
Referensi :