Selamat Datang Di Blog Dian Rahmawati
Mickey Mouse

Jumat, 25 Maret 2016

BAHASA INDONESIA 2



1.      Bagaimana proses berpikir ilmiah dikaitkan dengan penalara itu sendiri?
(uraikan dengan mencari kasus dan dianalisis)
2.      Carilah sikap – sikap ilmiah yang ada kaitannya dengan metode ilmiah!
(kupas dengan memberikan contoh kasusnya)
3.      Bedakan karangan ilmiah dan non ilmiah!
(berikan contoh)

      1.      Berpikir ilmiah
Berpikir Ilmiah merupakan suatu pemikiran atau tindakan seorang manusia yang menggunakan dasar-dasar dan ilmu tertentu. Sehingga ide tersebut dapat diterima orang lain. Berpikir ilmiah juga harus melalui proses yang panjang dan benar karena akan menyangkut kebenaran. Dalam berpikir ilmiah seseorang harus memperhatikan dasar-dasarnya. Yang didalamnya menyangkut apa,siapa,dimana,kapan,dan bagaimana. Biasanya hal itu digunakan untuk mencari rumusan masalah dan mencari solusi atau kesimpulan suatu masalah. Berpikir ilmiah sangat penting dalam melakukan sesuatu, tidak hanya di lingkungan masyarakat tetapi juga di lingkungan sekolah. Jika dalam suatu pekerjaan untuk menunjukkan hasil dari pekerjaan kita. Kita pasti akan dituntut untuk menunjukkan apa saja hasil dari pekerjaan kita dan semua itu pasti akan diuji kebenarannya sehingga orang lain akan percaya dengan pekerjaan kita.
Berpikir ilmiah juga sangat penting dalam melakukan penelitian sesuatu, baik tentang tanaman, hewan, manusia dan sebagainya. Pasti dalam membuat dan mengumpulkan data itu sendiri harus sesuai dengan kebenaran karena untuk menjelaskan hasil dari penelitian kita dibutuhkan suatu pemikiran yang ilmiah. Selain itu berpikir ilmiah juga tanpa emosi dan berpikir sesuai kebenaran yang ada. Untuk itu sebagai manusia yang ingin selalu menjadi terbaik, kita harus selalu menggunakan pemikiran ilmiah dalam setiap pendapat rasional orang–orang sekitar kita akan selalu menganggap kita tidak berpendapat yang omong kosong.Setiap manusia disamping berpikir ilmiah harus didukung dengan berpikir positif serta pemikiran-pemikiran yang yang baik. Untuk menjadikan setiap pendapat kita selalu dapat dipercaya dan diterima oleh semua orang.
           
            http://muchamadr.blogspot.co.id/
           
Contoh Kasus :
Tawuran menjadi suatu kebiasaan dan trend dikalangan anak sekolah. Tanpa melihat dirinya masih berstatus pelajar dan masih memakai seragam sekolah, aksi tawuran ini sering dilakukan setelah jam pelajaran selesai. Konflik yang baru-baru ini sering terjadi pada remaja Indonesia merupakan fenomena sosial yang sudah dianggap lumrah oleh beberapa kalangan masyarakat di Indonesia. Bahkan ada pendapat yang menganggap bahwa tawuran merupakan salah satu kegiatan rutin dari pelajar yang menginjak usia remaja. Realita tawuran antar pelajar sering terjadi di kota-kota besar yang seharusnya memiliki masyarakat dengan peradaban yang lebih maju. Kerugian yang disebabkan oleh tawuran tidak hanya menimpa korban dari tawuran saja, tetapi juga mengakibatkan kerusakan di tempat mereka melakukan aksi tersebut. Akibatnya masyarakat menjadi resah terhadap ulah pelajar remaja. Hal ini disebabkan oleh berbagai macam alasan, Mulai hal-hal sepele seperti senggolan kendaraan, rebutan pacar, saling ejek di jalan, kecemburuan sosial, kekalahan pertandingan olahraga, atau dendam lama yang turun temurun.
           
Analisa saya :  
Peranan sekolah sangat penting dalam penyelesaian masalah ini. Untuk meminimalkan tawuran antar pelajar, sekolah harus menerapkan aturan tata tertib yang lebih ketat agar siswa tidak seenaknya keluyuran pada jam-jam pelajaran diluar sekolah, yang kedua peran bimbingan konseling harus diaktifkan dalam rangka pembinaan mental siswa, membantu menemukan solusi bagi siswa yang mempunyai masalah sehingga persoalan-persoalan siswa yang tadinya dapat jadi pemicu sebuah tawuran dapat dicegah yang ketiga penyediaan fasilitas untuk menyalurkan bakat siswa. Contohnya menyediakan program ekstrakurikuler bagi siswa. Dalam penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler ini sekolah membutuhkan prasarana dan sarana seperti arena olahraga dan kesenian oleh karenanya pemerintah perlu mensubsidi lebih banyak lagi fasilitas tersebut.


       2.      Sikap Ilmiah
       Sikap ilmiah adalah sikap yang seharusnya dimiliki oleh seorang peneliti, untuk dapat melalui proses penelitian yang baik dan hasil yang baik pula. Sikap – sikap ilmiah meliputi :
  • Sikap Ingin Tahu : Terlihat pada kebiasaan bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan bidang kajiannya.
  • Sikap Kritis : Terlihat pada kebiasaan mencari informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan bidang kajiannya untuk dibanding-banding kelebihan-kekurangannya, kecocokan-tidaknya, kebenaran-tidaknya, dan sebagainya.
  • Sikap Terbuka : Terlihat pada kebiasaan mau mendengarkan pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.
  • Sikap Objektif : Terlihat pada kebiasaan menyatakan apa adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi.
  • Sikap Rela Menghargai Karya Orang Lain : Terlihat pada kebiasaan menyebutkan sumber secara jelas sekiranya pernyataan atau pendapat yang disampaikan memang berasal dari pernyataan atau pendapat orang lain.
  • Sikap Berani Mempertahankan Kebenaran : Sikap ini menampak pada ketegaran membela fakta dan hasil temuan lapangan atau pengembangan walapun bertentangan atau tidak sesuai dengan teori atau dalil yang ada.
  • Sikap Menjangkau ke Depan : Sikap ini dibuktikan dengan selalu ingin membuktikan hipotesis yang disusunnya demi pengembangan bidang ilmunya.  
http://nurii-thaa.blogspot.co.id/2014/03/sikap-ilmiah-dan-metode-ilmiah.html 

Contoh Kasus : 
Dalam pengerjaan Skripsi, seorang mahasiswa tampak sangat antusias mengerjakan nya. Ia rajin mengikuti bimbingan dari dosen pembimbingnya untuk bertanya dan mendalami materi dari penulisan nya. Ia juga sering berkunjung ke perpustakaan atau toko buku untuk menambah sumber untuk skripsinya.


    3.      Perbedaan Karangan Ilmiah dan Non Ilmiah
Istilah karya ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya, kedua-keduanya memiliki perbedaan yang signifikan. Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek.
  • Karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau observasi.
  • Karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi.
  • Dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasia.
          Selain karya ilmiah dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, terdapat juga karangan yang berbentuk semiilmiah/ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa membedakan dengan tegas antara karangan semiilmiah ini dengan karangan ilmiah dan nonilmiah. Finoza (2005:193) menyebutkan bahwa karakteristik yang membedakan antara karangan semiilmiah, ilmiah, dan nonilmiah adalah pada pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus dalam di bidang ilmu tertentu, dalam karangan semiilmiah bahasa yang terlalu teknis tersebut sedapat mungkin dihindari. Dengan kata lain, karangan semiilmiah lebih mengutamakan pemakaian istilah-istilah umum daripada istilah-istilah khusus. Jika diperhatikan dari segi sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis, sedangkan karangan semiilmiah agak longgar meskipun tetap sistematis. Dari segi bentuk, karangan ilmiah memiliki pendahuluan (preliminaris) yang tidak selalu terdapat pada karangan semiilmiah.
        Berdasarkan karakteristik karangan ilmiah,dan non ilmiah yang telah disebutkan di atas, yang tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong karangan semiilmiah antara lain artikel, feature, kritik, esai, resensi; yang tergolong karangan non ilmiah adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan naskah drama
        Karya non ilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum. Karangan nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya nonformal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis. Karya nonilmiah bersifat, antara lain :
  • Emotif : merupakan kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi
  • Persuasif : merupakan penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative
  • Deskriptif : merupakan pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif, dan
  • Jika kritik adakalanya tanpa dukungan bukti.
http://gatotbukankaca.weebly.com/bahasa-indonesia-2-karangan-ilmiah-non-ilmiah-dan-ilmiah-populer.html




Contoh Dongeng :
                                 CINDERELLA

        Cinderella adalah seorang gadis piatu. Meskipun ibunya telah tiada, Cinderella hidup bahagia bersama ayahnya. Namun, kebahagiaan Cinderella berakhir setelah ayahnya menikah lagi. Ibu dan saudara tirinya kerap kali memperlakukan Cinderella layaknya pembantu ketika ayah Cinderella pergi. Dan, penderitaan Cinderella semakin menjadi setelah ayahnya meninggal.
        Cinderella diperlakukan seperti pembantu dan tidak pernah diperbolehkan keluar rumah, termasuk menghadiri pesta kerajaan. Di tengah-tengah harapannya menghadiri pesta, muncul ibu peri yang mengubah Cinderella bak seorang putri raja. Saat datang ke pesta, pangeran pun jatuh hati. Namun, karena Cinderella diperingatkan ibu peri untuk pulang sebelum jam 12, Cinderella menolak keinginan pangeran untuk terus berdansa dengannya.
        Alhasil, sepatu kaca miliknya tertinggal. Pangeran yang jatuh hati dengan Cinderella mencari ke seluruh pelosok negeri untuk mengetahui pemilik sepatu tersebut. Berkat kesabaran dan kebaikannya, nasib Cinderella berubah. Ia dapat mencoba sepatu kaca yang memang miliknya lalu menikahi pangeran. Mereka pun hidup bahagia selamanya.